SURABAYA – Layanan Bank Syariah Indonesia (BSI) tengah menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir. Pasalnya, layanan bank syariah terbesar di Indonesia tersebut mulai dari mobile banking hingga Anjungan Tunai Mandiri (ATM) mengalami gangguan sistem. Kejadian tersebut tentunya membuat resah para nasabah.
Hal tersebut tentunya mengakibatkan dampak tersendiri. Pakar Ekonomi Syariah Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Sri Herianingrum SE MSi, Senin (15/5) mengungkapkan sebenarnya perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan tren positif apalagi setelah beberapa bank syariah melakukan merger hingga terbentuk BSI.
“Dilihat dari aset bank, pembiayaannya, dan itu juga support oleh infrastruktur yang baik. Dengan merger bank syariah pemerintah menjadikan BSI semakin besar, apalagi dengan dukungan teknologi, ” ujarnya.
Tidak hanya itu, menurutnya, dengan gangguan yang terjadi dalam layanan BSI membuat masyarakat cukup khawatir dengan beragam rumor yang bermunculan. Menurunnya kepercayaan masyarakat menjadi salah satu dampak, terutama bagi masyarakat awam yang belum memiliki kepercayaan penuh terhadap bank syariah.
“BSI itu merupakan simbol dari perbankan syariahnya pemerintah, itulah yang membuat orang semakin trust. Tapi kok ternyata ada gangguan dan gangguannya itu bukan dalam hitungan jam, ” ucapnya.
Pakar Ekonomi Syariah Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Sri Herianingrum SE MSi. (Foto: Istimewa)
Perkuat Layanan Teknologi
Ia menilai, layanan teknologi informasi yang ada pada BSI perlu adanya mitigasi sempurna hingga pengendalian kontrol yang masif. Artinya, walaupun sebagai bank baru, pengelolaan BSI juga harus profesional. Karena jika tidak, hal ini akan berdampak bukan hanya kepada kepercayaan terhadap BSI saja, melainkan bank syariah secara umum.
Padahal bank syariah memiliki karakteristik tersendiri, salah satunya berfokus pada produk riil. Maka dari itu, keberlangsungan dan eksistensi yang dimiliki harus terus dijaga. Kalaupun memang terdeteksi terdapat kejahatan cyber, pengusutan tuntas dan perbaikan sistem harus dilakukan.
“Inikan produk jasa keuangan, jadi yang menentukan trust tidaknya nasabah baik sisi penabung, investor, pengambil pembiayaan itu sangat penting. Kalau kondisi ini terulang, akan bahaya untuk kelangsungan bank syariah, ” tambah Guru Besar Departemen Ekonomi Syariah UNAIR tersebut.
Pada akhir, ia pun juga berpesan agar masyarakat tetap tenang dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan, termasuk untuk menarik uangnya. Karena baginya, hal tersebut akan bukan hanya berdampak bagi BSI itu sendiri melainkan pada keberlangsungan aktivitas ekonomi secara umum.
“Jangan buru-buru untuk rush money. Dirumah juga jangan lupa tetap sediakan uang cash. Bahkan kita IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, red) juga sudah memberikan lima rekomendasi, ” tutupnya.
Penulis: Afrizal Naufal Ghani
Editor: Nuri Hermawan
Baca juga:
What is an ‘economic hitman’?
|